Beberapa hari lalu saya mampir di rumah salah seorang teman dekat. Rumah temanku ini disebuah gang yang lumayan ramai, rumahnya kecil namun cukup asri dengan beberapa tanaman hias dihalaman depan yang kecil pula. Saat asyik ngobrol di teras rumah, tiba-tiba muncul seorang cewek yang kelihatannya masih seusia anak kuliahan, dan tampangnyapun terlihat terpelajar. Cewek tersebut membawa sebuah map ditangannya, lalu dengan sopan cewek itu berkata, sambil meyodorkan map yang ditentengnya.
"Permisi bapak, boleh saya meminta waktu sejenak, semoga bapak-bapak berdua ini terketuk hatinya untuk sekedar memberikan bantuan kepada kaum du'afa yang membutuhkan"
"Maaf mbak, apa mbak sudah meminta ijin kepada ketua RT disini?" jawab temanku tadi sambil menunjukkan sebuah tulisan yang cukup besar yang dipajang di tembok depan rumahnya.
"Oh... maaf pak, saya rasa saya tidak perlu meminta ijin untuk meminta sumbangan didaerah sini" jawab cewek tadi masih dengan sopan.
"Sekali lagi maaf mbak, tapi mbak harus meminta ijin dulu" jawab temanku dengan sedikit nada tinggi..
"Aduh pak, bapak tidak perlu marah seperti itu dong, coba bapak perhatikan tulisan itu"
Lalu kami sama-sama memperhatikan tulisan itu, sejenak temanku tadi bengong dan heran, gak ada yang salah dengan tulisan peringatan itu.
Lalu cewek itu kembali berkata "Saya kemari bukan untuk memberi sumbangan pak, tapi saya minta sumbangan, sedangkan disitu jelas dituliskan TIDAK MENERIMA SUMBANGAN DALAM BENTUK APAPUN TANPA SEIJIN RT/RW SETEMPAT ya kan... jadi untuk meminta sumbangan, saya kan tidak perlu meminta ijin dulu ke RT/RW setempat" jawab cewek itu sambil ngeloyor pergi.
kami berdua cuman berpandangan, lalu sejurus kemudian tertawa terbahak-bahak dengan kejadian unik itu.....
"wah perlu diperhatikan lagi tuh kalau nulis peringatan seperti itu, seharusnya ditulis "Tidak memberi Sumbangan Apapun tanpa seijin RT/RW setempat"
Komentar tentang Bisnis, SEO, Advertising, Kontes SEO, Template, Download, pokoknya semua diborong.. kalau ada yang ketinggalan nanti ditambahkan, juga kadang mengkomentari tentang kehidupan yang semakin berat ini.
Friday, March 26, 2010
Thursday, March 11, 2010
Windows Media Player tak support AVI ?
Windows Media Player tak support AVI ? jangan kuatir... dan jangan buru-buru memvonis WMP anda rusak dan perlu diinstall yang baru lagi, atau diupdate yg versi terbaru, karena salah-salah anda malah kena gebuk Microsoft gara-gara Windows anda tidak genuine.... ha...ha... puyeng gak lo...
Tapi bener-bener jangan kuatir deh... nih ada caranya dan baru saja aku berhasil secara ajaib dengan cara ini:
1. Pertama download XdiV codec Xvid-1.2.1-04122008.exe
2. Install hasil download-an tadi.
3. Silahkan buka Windows media player anda, dan mainkan file Avi anda.
4. Silahkan menikmati file Avi anda.
p/s: ternyata dengan menginstall Xvid codec tadi, akan juga berefek kepada player-player yang lain, seperti punyaku Cyberlink power DVD juga terkena efeknya jadi bisa memainkan file Avi.
Sekian semoga bermanfaat.
Tapi bener-bener jangan kuatir deh... nih ada caranya dan baru saja aku berhasil secara ajaib dengan cara ini:
1. Pertama download XdiV codec Xvid-1.2.1-04122008.exe
2. Install hasil download-an tadi.
3. Silahkan buka Windows media player anda, dan mainkan file Avi anda.
4. Silahkan menikmati file Avi anda.
p/s: ternyata dengan menginstall Xvid codec tadi, akan juga berefek kepada player-player yang lain, seperti punyaku Cyberlink power DVD juga terkena efeknya jadi bisa memainkan file Avi.
Sekian semoga bermanfaat.
Monday, March 8, 2010
Semua Suku Sama
Pertama-tama saya ingin mohon maaf jika tulisan saya ini menyinggung para pembaca, namun sungguh saya tidak berniat untuk menyinggung atau menyudutkan salah satu suku bangsa, karena perbedaan suku itu bagi saya hanyalah perbedaan fisik yang tidak ada artinya karena pada dasarnya kita semua sama, sama-sama manusia, sama-sama mahluk yang diciptakan oleh TUHAN.
Ok, begini ceritanya, hari minggu kemaren kebetulan saya ketemu dengan seorang teman dekat saya yang keturunan tionghoa. Kebetulan tahun pernikahan kami sama, yaitu tahun 2002, dan saya saat ini sudah memiliki dua orang anak sedangkan dia baru memiliki seorang anak. Saya bertanya, "Wah... kapan nih sih Andry akan punya adik.... buruan dong dikasih adik tuh si Andry....". Lalu dia menjawab, "Wah... lagi banyak mikir masalah ekomnomi nih.... sebenarnya sih kalau masalah kebutuhan keseharian itu tidak menjadi masalah yang besar, tapi saat ini biaya pendidikannya yang mahal". lalu dia menceritakan adiknya yang tinggal di bandung yang tahun lalu memasukan anaknya ke TK aja butuh biaya masuk sekitar 7 juta rupiah, lalu saudara istrinya yang memasukkan anaknya ke SD harus menanggung biaya sebesar 10 juta.
"Wih..... TK apa itu.... dan SD apa itu sampai keluar biaya sebesar itu?" dengan terkejut tentu saja aku bertanya, karena saat aku memasukkan anakku yang pertama ke SD, tidak dikenakan biaya masuk, bahkan SPP pun sudah tidak ada sekarang.
Lalu temanku tadi menjawab dengan menyebutkan sebuah yayasan TK dan SD yang memang sudah sangat terkenal dan Favorit.
"Ouwh.... lha masuk di sekolah seperti itu yah... tentu saja mahal....." jawabku... "kemaren anakku masuk SD tidak dipungut biaya..." waktu masuk TK hanya kena biaya 750ribu.... itupun bisa dibayar cicil dua kali....... coba deh masukin aja ke SD Negeri"
"Wah tapi kualitasnya gimana ?" tanya dia "Ya ampun.... SD Negeri yang favorit juga banyak kok...." jawab aku
"Ah... tapi kalau untuk kaumku ya gak bisa....."
"Kaum-mu gimana....?"
"Kan sekolah Negeri itu mengutamakan yang golongan pribumi.... golonganku pasti dinomorduakan.."
"Ya ampun kamu masih saja berpikir seperti itu... memang apa bedanya sih golongan -mu dan golongan-ku..... banyak kok teman sekolah anakku yang golongan tionghoa.."
Lalu pembicaraan terputus karena acara di gereja sudah segera dimulai...
Aku berpikir, seharusnya sudah tidak ada lagi pikiran-pikiran seperti itu, pikiran yang masih membedakan aku keturunan jawa, dia keturunan cina, orang itu keturunan bule, tetanggaku keturunan arab....... ah... bukankah kita semua diciptakan pada hakekatnya adalah sama? hanya perilaku kitalah yang sebenarnya membedakan kita, namun pada hakekatnya kita semua sama dihadapan Tuhan. Semoga pikiran-pikiran seperti temanku tadi tidak terus membudaya pada generasi penerus. Andaikan apa yang dikatakan temanku benar bahwa ada sekolah yang mengkotak-kotak penerimaan siswanya berdasarkan suku.... semoga pemerintah segera menindaknya, sehingga setiap anak apapun sukunya apapun bangsanya tetap dapat menerima hak yang sama dalam hal pendidikan. SEMOGA....
Ok, begini ceritanya, hari minggu kemaren kebetulan saya ketemu dengan seorang teman dekat saya yang keturunan tionghoa. Kebetulan tahun pernikahan kami sama, yaitu tahun 2002, dan saya saat ini sudah memiliki dua orang anak sedangkan dia baru memiliki seorang anak. Saya bertanya, "Wah... kapan nih sih Andry akan punya adik.... buruan dong dikasih adik tuh si Andry....". Lalu dia menjawab, "Wah... lagi banyak mikir masalah ekomnomi nih.... sebenarnya sih kalau masalah kebutuhan keseharian itu tidak menjadi masalah yang besar, tapi saat ini biaya pendidikannya yang mahal". lalu dia menceritakan adiknya yang tinggal di bandung yang tahun lalu memasukan anaknya ke TK aja butuh biaya masuk sekitar 7 juta rupiah, lalu saudara istrinya yang memasukkan anaknya ke SD harus menanggung biaya sebesar 10 juta.
"Wih..... TK apa itu.... dan SD apa itu sampai keluar biaya sebesar itu?" dengan terkejut tentu saja aku bertanya, karena saat aku memasukkan anakku yang pertama ke SD, tidak dikenakan biaya masuk, bahkan SPP pun sudah tidak ada sekarang.
Lalu temanku tadi menjawab dengan menyebutkan sebuah yayasan TK dan SD yang memang sudah sangat terkenal dan Favorit.
"Ouwh.... lha masuk di sekolah seperti itu yah... tentu saja mahal....." jawabku... "kemaren anakku masuk SD tidak dipungut biaya..." waktu masuk TK hanya kena biaya 750ribu.... itupun bisa dibayar cicil dua kali....... coba deh masukin aja ke SD Negeri"
"Wah tapi kualitasnya gimana ?" tanya dia "Ya ampun.... SD Negeri yang favorit juga banyak kok...." jawab aku
"Ah... tapi kalau untuk kaumku ya gak bisa....."
"Kaum-mu gimana....?"
"Kan sekolah Negeri itu mengutamakan yang golongan pribumi.... golonganku pasti dinomorduakan.."
"Ya ampun kamu masih saja berpikir seperti itu... memang apa bedanya sih golongan -mu dan golongan-ku..... banyak kok teman sekolah anakku yang golongan tionghoa.."
Lalu pembicaraan terputus karena acara di gereja sudah segera dimulai...
Aku berpikir, seharusnya sudah tidak ada lagi pikiran-pikiran seperti itu, pikiran yang masih membedakan aku keturunan jawa, dia keturunan cina, orang itu keturunan bule, tetanggaku keturunan arab....... ah... bukankah kita semua diciptakan pada hakekatnya adalah sama? hanya perilaku kitalah yang sebenarnya membedakan kita, namun pada hakekatnya kita semua sama dihadapan Tuhan. Semoga pikiran-pikiran seperti temanku tadi tidak terus membudaya pada generasi penerus. Andaikan apa yang dikatakan temanku benar bahwa ada sekolah yang mengkotak-kotak penerimaan siswanya berdasarkan suku.... semoga pemerintah segera menindaknya, sehingga setiap anak apapun sukunya apapun bangsanya tetap dapat menerima hak yang sama dalam hal pendidikan. SEMOGA....
Subscribe to:
Posts (Atom)