Tuesday, April 28, 2009

Seorang Ayah

Malam ini ketika mengantarmu tidur, ayah teringat sesuatu nak... sesuatu yang mungkin membuat ayah sadar akan apa arti menjadi seorang ayah yang sesungguhnya. Ayah teringat saat-saat kita bersukacita bersama, saat kita bercanda dan bermain bersama. Ingatkah kamu saat kita main PS berdua, kamu selalu ingin menang, kamu tidak pernah membiarkan ayah menang. Saat ayah mulai menang, kamu selalu berteriak protes, kadang kesal juga melihat kamu seperti itu nak. Sesaat ayah juga teringat ketika hujan deras turun dengan petir yang sangat keras menggelegar, seketika kamu melompat memeluk ayah, kamu sembuyikan wajahmu yang mungil di pelukan ayah. Lalu sesaat kemudian tiba-tiba listrik padam, semakin erat pelukanmu karena ketakutanmu akan kegelapan.
Disaat yang lain, ayah juga ingat kenakalan-kenakalanmu. Disaat kamu tidak mau menghabiskan makananmu, disaat kamu tidak mau mengerjakan PRmu, saat Ayah dapat laporan dari ibumu bahwa kamu tidak mau tidur siang. Ayah juga ingat saat kamu memecahkan kaca jendela rumah kita, karna begitu takutnya kamu dengan Ayah, kamu membersihkan pecahan kaca itu dengan tangan kecil kamu, dan apa yang terjadi nak.. dua buah jahitan akhirnya mengukir telapak tanganmu yang lembut dan halus. Namun kamu berhasil membuat ayah menjadi mengurungkan niat untuk memarahimu, dan berganti dengan perasaan kuatir yang sangat hebat.
Ah betapa ayah menyayangimu nak, ketika ayah melarangmu ini dan itu, ketika ayah memarahimu, bukan berarti ayah benci padamu nak, itu adalah tanda sayang ayah kepadamu. Karna ayah tahu apa yang berbahaya dan aman bagimu nak. Namun ingatkah kamu bahwa ayah juga sering memberimu kebebasan dalam menentukan pilihanmu? meskipun ketika kamu salah memilih ayah akan menghadiahimu dengan sebuah pukulan ringan dipantatmu.

Tahukah kamu nak, bahwa kamu mengingatkan Ayah pada kodrat kita sebagai manusia. Sebagai manusia, kita bagaikan anak kecil yang selalu diasuh oleh Orang Tuanya yaitu Tuhan kita. Ketika kita tersenyum bahagia, Tuhan juga akan tersenyum bahagia, namun ketika kita sedih Dia akan bertanya mengapa, meskipun Dia tahu dengan pasti apa masalah kita. Dia juga memberi kita batasan-batasan, hukum-hukum ajaran-ajaran, dan tak lupa Dia juga memberi kita kebebasan untuk menentukan pilihan kita, meskipun sebenarnya kita tidak pernah bebas akan akibat dari pilihan kita. Seperti seorang Ayah, Dia juga akan memberikan sebuah pukulan dipantat kita saat kita membuat pilihan yang salah, namun Dia akan kembali merangkul kita dengan penuh kasih sayang. Tak jarang pula Dia menghadangkan tangan-Nya untuk mencegah kita berjalan lebih jauh ditempat yang salah.. karena apa... karena Dia tahu, tahu dengan pasti apa yang Aman dan apa yang Berbahaya bagi kita.

10 comments:

  1. malam.mampir lagi nih..mudah2an ngga bosen ya..:)
    jadi yang pertama nih.

    ReplyDelete
  2. tidak puas menjadi yang pertama, akhirnya yang kedu juga jatuh kekomenku, benar-benar figur sang ayah yang baik dan bijak, membimbing anaknya.

    ReplyDelete
  3. pasti si abang doyan pukul pantat nih sama si kecil ya?

    ReplyDelete
  4. Bijak...
    memukul emang dianjurkan kepantatnya saja....

    ReplyDelete
  5. Pantat memang tempat yang terbaik

    ReplyDelete
  6. Tuhan itu memang spt ayah kita yg tahu apa yg terbaik utk kita.

    ReplyDelete
  7. gimana rasanya ngemarahin anak, bang ? saya belum punya sih hehehe, tapi kalau buat kebaikan , ayo tetap kayak gituh :D

    ReplyDelete
  8. terus terang, saya pengen pulang. kangen papah

    ReplyDelete

Monggo... silahkan mengkomentari si Tukang Komen disini, mau banyolan, kritikan, saran atau apapun juga.
Matur Nuwun...